Selasa, 25 Mei 2010

Totalitas Total Football

London - Total Football bagi saya adalah sistem permainan sepakbola yang paling menarik. Tetapi memahami Total Football ternyata tidak segampang yang saya duga. Berulangkali membaca berbagai literatur dan artikel sepakbola, susah menemukan penjelasan mengapa dan bagaimana Total Football muncul. Hanya dengan memahami mengapa dan bagaimana, kita bisa memahami esensi sesuatu.

Yang standar tentu saja kita tahu bahwa sistem ini pertama kali muncul di Belanda dengan permainan bertumpu pada fleksibilitas pertukaran posisi pemain yang mulus. Posisi pemain sekadar kesementaraan yang akan terus berubah sesuai kebutuhan. Karenanya, semua pemain dituntut untuk nyaman bermain di semua posisi.

Penjelasan paling memuaskan malah bukan saya dapat dari orang Belanda, melainkan seorang penulis Inggris yang tergila-gila dengan sepakbola Belanda. David Winner menulis buku yang kalau diterjemahkan bebas kira-kira berjudul, "Oranye Brilian -- Jenius dan Gilanya Sepakbola Belanda".

Orang Belanda sendiri sampai terkagum-kagum dan mengatakan, ''Ah, jadi begitukah cara berpikir kami.'' Banyak pemain bola Belanda seperti tersadarkan pada sosok yang berada di dalam kaca ketika mereka bercermin.

Winner tidak membahas sepakbola semata. Menurutnya Total Football hanyalah pengejawantahan ''psyche'' paling dasar warga Belanda dalam memahami kehidupan. Benang merah Total Football juga ada dalam karya seni, arsitektur, dan bahkan tatanan sosial budaya masyarakat Belanda.

Berlebihan? Mungkin. Namun penjelasannya sungguh masuk akal.

Kita semua tahu ukuran lapangan sepakbola lebih kurang sama di mana-mana, sehingga ruang permainan selalu sebenarnya sama. Tapi orang Belanda sadar bahwa ruang juga adalah persoalan abstrak di dalam kepala. Membesar dan mengecilnya ruang tergantung pada cara mengeksploitasinya.

Total Football, demikian jelas buku itu, adalah persoalan ruang dan eksploitasinya itu, bukan yang lain. Fleksibilitas posisi pemain, pergerakan pemain, semuanya adalah konsekuensi dari upaya untuk menciptakan ruang agar bisa dieksploitir semaksimal mungkin.

Prinsip dasarnya sebenarnya sangat sederhana. Besar kecilnya lapangan sepakbola walau ukurannya sama, tetapi di benak bisa berubah tergantung siapa yang bermain di dalamnya.

Misalnya, begitu pemain Belanda menguasai bola maka mereka akan membuat lapangan seluas mungkin. Pemain bergerak ke setiap jengkal ruang yang tersedia. Di benak lawan lapangan akan tampak begitu lebar.

Atau, begitu lawan menguasai bola, ruang harus dibuat sesempit mungkin. Pemain yang terdekat dengan pemain lawan yang menguasai bola dituntut untuk menutupnya secepat mungkin, tidak peduli apakah itu pemain bertahan atau bukan. Bisa satu bisa dua, bahkan tiga. Tekanan harus dilakukan secepat mungkin bahkan ketika bola masih ada di jantung pertahanan lawan. Lawan terjepit dalam benak bahwa lapangan begitu sempit.

Memperlebar atau mempersempit ruangan di benak lawan tentu bukan barang mudah. Harus ada kemampuan untuk mencari ruangan. Pergerakan yang kompak. Cara mengumpan bola yang eksploitatif atas ruang yang tersedia, entah melengkung, lurus, melambung, dll. Pendeknya dibutuhkan pemahaman geometri ruangan yang tidak sederhana.

Persoalannya adalah, mengapa hal ini tidak terpikirkan oleh orang lain sebelumnya? Dan mengapa orang Belanda yang bisa melakukannya?

Jawabnya, menurut buku itu, didapat dari kondisi alam Belanda.

Bangsa Belanda secara intrinsik bangsa yang spatial neurotic (tergila-gila oleh ruangan ataupun pemanfaatannya). Kondisi alam memaksa mereka demikian. Lima puluh persen tanahnya berada di bawah permukaan laut. Sementara sisanya terlalu sempit untuk jumlah penduduk yang berjubel.

Terus menerus bangsa ini melakukan reklamasi untuk memperluas daratan. Dengan sadar persoalan tanah mereka atur dengan sangat disiplin dan ketat. Eksistensi bangsa ini tergantung bagaimana mereka merawat tanah yang tak seberapa mereka punya. Kanal, selokan air, bendungan kecil dan besar, teratur rapi membelah setiap jengkal tanah yang mereka punya.

Belanda hingga saat ini adalah negara paling padat dalam ukuran per meter persegi, dan pengaturan tanahnya adalah yang paling teratur di muka bumi.

Namun seberapa pun mereka mencoba, seberapa pun disiplinnya, tanah tidak akan pernah cukup tersedia.

Lalu apa yang dilakukan?

Jawabnya ada di daya khayal, di benak, di alam abstraksi. Di samping secara fisik mereka mencoba memperluas wilayah darat mereka, mereka juga menciptakan ruang yang luas dialam khayal mereka.

Kalau Anda kebetulan datang ke Eropa, bandingkanlah tata kota Belanda dengan negara lain. Kita akan segera sadar bahwa Belanda memang lebih sempit tapi tata kotanya dibuat sedemikian rupa rapi, sehingga terasa sangat longgar. Dibanding negara manapun di dunia, tata kota di Belanda adalah yang paling kompak di dunia.

Arsitektur bangunannya, baik yang tua maupun modern, terasa sangat inovatif, dengan sudut yang sering tidak normal, bentuk bangunan yang tidak umum, aneh, tetapi kesannya selalu sama—longgar dan lapang. Karena semua lekuk ketidaknormalan adalah bagian dari upaya untuk menciptakan ruang tambahan di alam khayal tadi.

Bahkan benak juga dilonggarkan untuk urusan norma sosial. Kalau etika Protestan semarak di Belanda di awal kelahirannya, sangatlah bisa dimengerti. Mereka secara instingtif akan memberontak terhadap segala sesuatu yang sifatnya mengukung. Dalam kasus kelahiran Protestan tentu saja pemberontakan atas kungkungan ajaran Katolik saat itu.

Proses itu terus berlanjut hingga sekarang. Kita tahu norma sosial Belanda adalah yang paling longgar di Eropa. Kelonggaran yang tetap diatur. Misalnya, mainlah ke Vondell Park di Amsterdam, bolehlah Anda menghisap ganja atau mariyuana dengan santai. Padahal di negara lain sembunyi-sembunyi pun Anda tidak boleh.

Jejak-jejak spatial neurotic ini bisa kita temukan dengan mudah di karya-karya seni mereka bahkan di kehidupan politik, tetapi kembali ke persoalan sepakbola, mentalitas pemain sepakbola juga sama persis. Ketika mereka turun ke lapangan, benak mereka selalu bermain-main dengan keinginan untuk menciptakan ruangan selonggar mungkin, lalu mengeksploitasinya.

Ketika Rinus Michel membawa Ajax menjadi juara Piala Champions tahun 1971, Eropa tersadarkan sebuah sistem baru yang mulai sempurna telah lahir. Sistem yang lahir dari psyche orang Belanda yang tergila-gila dengan ruang dan pemanfaatannya. Dan ketika Michel membawa Belanda ke final Piala Dunia 1974 lahirlah istilah Total Football.

Total Football sendiri sebenarnya meminjam penamaannya dari gerakan sosial yang digagas para arsitek-filosof terkemuka Belanda sekitar tahun 1970-an. Sebuah gerakan bernama Total. Memahami kehidupan perkotaan secara menyeluruh: mengatur urbanisasi, lingkungan, dan pemanfaatan energi dalam satu totalitas. Agar ruang yang tersedia di Belanda bisa termanfaatkan secara maksimal. Dan sepakbola adalah sebuah hiburan bagian dari pendekatan yang menyeluruh itu. Totalitas. Namanya: Total Football.

Sumber: - detiksport

Selasa, 19 Januari 2010

ATI RADEON HD 4770 : Teknologi Proses 40 Nanometer Pertama

ADVANCED Micro Devices (AMD), perusahaan teknologi inovatif, meluncurkan prosesor graphics ATI Radeon HD 4770, produk pertama untuk pasar desktop PC yang memanfaatkan proses manufaktur paling canggih saat ini, 40 nanometer, yang menghadirkan performa dan efisiensi energi listrik terbaik di kelasnya. Graphics card ATI Radeon HD 4770 adalah produk terbaru dari jajaran ATI RadeonTM HD 4000 series yang telah meraih penghargaan.
Graphics card baru ini mendukung hardware generasi ketiga untuk DirectX 10.1 games seperti Battleforge, HAWX, S.T.A.L.K.E.R Clear Sky and Stormrise, yang menghadirkan performa game dan kualitas visual yang lebih baik dibandingkan dengan DirectX 10. ATI Radeon HD 4770 meneruskan tradisi AMD dalam menghadirkan teknologi terdepan di industri ke pasar yang mendorong hadirnya pengalaman terbaik bagi pelanggan. ATI Radeon HD 4770 menggunakan teknologi memori GDDR5 terbaru, yang memberikan tingkatan data lebih tinggi untuk performa game yang lebih cepat.

Para gamer mencari nilai terbaik dari investasinya membeli graphics yang dapat digunakan untuk meningkatkan performa dengan menggunakan teknologi ATI CrossFireX yang memungkinkan card ATI Radeon HD 4770 kedua bisa ditambahkan untuk mewujudkan peningkatan performa sesuai keinginan. Graphics card ATI Radeon HD 4770 memungkinkan pengguna menikmati konten-konten digital HD3 dengan tampilan visual terbaik. Graphics card baru ini membantu menyempurnakan ketajaman dan kejernihan media beresolusi rendah dan dengan teknologi Unified Video Decoder (UVD 2.0) generasi kedua dari AMD, pengguna bisa menikmati video playback secara smooth, gambar-gambar yang jernih, warna-warna yang tajam untuk semua konten HD.
Dengan dukungan untuk HDMI, picture-in-picture (PiP) dan teknologi-teknologi audio HD terbaru seperti 7.1 surround sound, menjadikan graphics card baru ini memungkinkan pelanggan dapat menikmati pengalaman hiburan dengan kualitas sinema nan impresif di rumahnya.
Pada peringatan ulang tahun yang ke 40, AMD meneruskan tradisinya untuk fokus pada desain dan pengembangan produk dan platform baru yang menghadirkan pengalaman terbaik bagi pelanggan dengan nilai terbaik. Dengan menggabungkan prosesor AMD Athlon X2 7850 baru, chipset AMD 7-Series dan graphics card ATI Radeon HD 4770 series, AMD memungkinkan platform PC memiliki kemampuan menghadirkan video HD sekaligus memberikan performa headroom yang besar dan prosesing video yang lebih cepat.
“Kondisi perekonomian saat ini memaksa konsumen memilih produk dengan harga lebih murah dan pada tingkat harga 100 dolar AS, terjadi permintaan paling tinggi,” kata Ryan Sim, Sales Director, ASEAN, AMD. AMD merespons permintaan pasar tersebut dengan meluncurkan ATI Radeon HD 4770, prosesor canggih yang memanfaatkan teknologi proses manufaktur 40 nm, mendukung games DirectX 10.1 dan memori GDDR5.
“Sebagai pemimpin dalam pengembangan tools untuk game tercanggih, Emergent telah menunjukkan komitmennya untuk menghadirkan game dengan tampilan visual seindah kenyataan serta performa yang lebih baik,” kata Doug Kubel, Vice President, Product Development, Emergent.
“Dengan pengembangan sistem Gamebryo LightSpeed yang mendukung DirectX 10.1, kami dapat menghadirkan penyempurnaan pada kualitas image maupun frame rates. Perangkat graphics DirectX 10.1 seperti ATI Radeon HD 4770 memungkinkan pengalaman unlock dengan gabungan kekuatan dari DirectX10.1 dan Gamebryo LightSpeed,” tambahnya.
Sumber : KR
http://publish.jogjainfo.net

Wuzz, Prosesor Phenom Bisa Ngebut Sampai 7GHz


Jakarta - Salah satu komunitas tukang oprek komputer dari China berhasil menorehkan sejarah di sebuah situs pencatat rekor overclocking. Komunitas yang menamakan dirinya "LimitTeam_Sigh" ini berhasil menggenjot kecepatan prosesor Phenom II X4 955 BE keluaran AMD dari 3,2GHz menjadi 7GHz.

Tambahan huruf BE yang bermakna Black Edition itu mengindikasikan bahwa prosesor ini memang diperuntukan untuk kalangan overclocker. AMD sendiri mengklaim prosesor Phenom II X4 955 BE dapat dengan mudah dinakikan clock-nya menjadi 3,8 GHz tanpa pendingin khusus.

Cara yang dilakukan para pengoprek asal negeri bambu ini tergolong sangat ekstrim. Mereka membekukan prosesor dalam suhu di bawah 140 derajat celcius dengan bantuan cairan nitrogen.

Alhasil, seperti detikINET kutip dari pcgamehardware, Sabtu (25/4/2009), prosesor yang berhasil dikebut kecepatannya sampai 7GHz tersebut mendapat skor 45,474 oleh 3D Mark 2005.

sumber : www.detiknet.com